Sepanjang tahun ini, Pemerintah menargetkan untuk tidak mengimpor beras.
Pemerintah bahkan mentargetkan surplus hingga 2 juta ton. Impor yang
masuk selama tahun 2012 adalah sisa impor tahun 2011.
Pada tahun
2011, Bulog melakukan impor beras hingga 1,9 juta ton untuk mencukupi
stok beras nasional. Sebanyak 1,3 juta ton sudah masuk gudang Bulog
sedangkan sisanya akan masuk pada Februari hingga Maret.
Direktur
Utama Bulog Sutarto Alimoeso mengatakan target penyediaan stok tahun
ini mencapai 4 juta ton, atau lebih tinggi dari permintaan pemerintah
yakni 2 juta ton. Stok itu akan berasal dari public service obligation
(PSO) sebanyak 3,6 j uta ton, dan sisanya 400 ribu ton dari komersial.
Meski
sudah banyak impor beras, namun harga beras tetap tak sulit turun.
Harga beras terus bergerak naik meski pemerintah sudah menempuh operasi
pasar.
Cobalah untuk dewasa dan menatap dunia dengan cara yang indah, maka kamu akan tau kenikmatan apa yg sesungguhnya tersimpan selama ini.
logo

logo gunadarma
Wednesday, January 4, 2012
Kepercayaan Masyarakat Menguat
Kepercayaan masyarakat semakin kuat sejalan dengan kondisi
ekonomi yang semakin baik. Hal ini ditunjukkan dari optimisme masyarakat
terhadap keadaan ekonomi saat ini.
Hasil survei yang dilakukan Danareksa Research Institute menunjukkan, indeks kepercayaan konsumen (IKK) pada Desember 2011 naik 0,2% menjadi 91,6. ”Ini adalah level IKK tertinggi dalam enam bulan terakhir,” ungkap Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa melalui keterangan tertulis yang diterima SINDOkemarin.
Purbaya mengatakan,gambaran ini menunjukkan proses akselerasi ekonomi nasional yang belum terganggu gejolak ketidakpastian ekonomi dunia. Tingkat kepercayaan masyarakat terus membaik sepanjang tahun 2011. Komponen yang menunjukkan keadaan saat ini atau indeks situasi sekarang (ISS) naik 2,5% menjadi 77,6. Kenaikan ini terjadi karena penilaian masyarakat terhadap keadaan ekonomi nasional maupun lokal meningkat.
Berbanding terbalik dengan ISS,komponen indeks ekspektasi (IE) justru turun 1,1% menjadi 102,1.Kondisi ini menunjukkan optimisme masyarakat terhadap prospek ekonomi secara keseluruhan dalam enam bulan mendatang sedikit menurun. ”Penurunan ini sehubungan dengan ekspektasi adanya kenaikan harga dalam enam bulan ke depan,”jelasnya.
Purbaya mengatakan, hasil survei menunjukkan, konsumen masih merasa khawatir terhadap prospek kenaikan harga barang dalam enam bulan mendatang. Dia menyebutkan, indeks yang mengukur sentimen masyarakat terhadap inflasi justru meningkat sebesar 3% menjadi 189,0. Indeks tersebut merupakan level tertinggi dalam kurun waktu empat bulan terakhir.
Tingkat kepercayaan diri masyarakat terhadap prospek ekonomi secara keseluruhan dalam enam bulan mendatang sedikit menurun.Rencana konsumen untuk membeli barangbarang tahan lama juga menurun pada Desember. Survei tersebut menunjukkan, hanya 35,6% masyarakat yang berencana membeli barang-barang tahan lama dalam enam bulan mendatang, turun dari 40,2% di November.
Sekadar diketahui, sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi selama Desember 2011 mencapai 0,57%. Sepanjang periode Januari hingga Desember 2011, laju inflasi mencapai 3,79% dan year on year juga berada pada level 3,79%. Menanggapi perkembangan inflasi tersebut,Wakil ketua Komisi XI DPR Achsanul Qosasih mengatakan, realisasi inflasi yang jauh di bawah asumsi pemerintah menjadi catatan bagi DPR.
Dia menilai, capaian tersebut menggambarkan upaya efektif yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan Pemerintah. ”Inflasi yang rendah menunjukkan stabilitas ekonomi nasional,” ujar Achsanul. Yang tidak kalah penting, kata dia, Bank Indonesia juga memiliki tugas menjaga indeks stabilitas finansial di bawah level 2%.
Sumber:Berita indonesia
Hasil survei yang dilakukan Danareksa Research Institute menunjukkan, indeks kepercayaan konsumen (IKK) pada Desember 2011 naik 0,2% menjadi 91,6. ”Ini adalah level IKK tertinggi dalam enam bulan terakhir,” ungkap Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa melalui keterangan tertulis yang diterima SINDOkemarin.
Purbaya mengatakan,gambaran ini menunjukkan proses akselerasi ekonomi nasional yang belum terganggu gejolak ketidakpastian ekonomi dunia. Tingkat kepercayaan masyarakat terus membaik sepanjang tahun 2011. Komponen yang menunjukkan keadaan saat ini atau indeks situasi sekarang (ISS) naik 2,5% menjadi 77,6. Kenaikan ini terjadi karena penilaian masyarakat terhadap keadaan ekonomi nasional maupun lokal meningkat.
Berbanding terbalik dengan ISS,komponen indeks ekspektasi (IE) justru turun 1,1% menjadi 102,1.Kondisi ini menunjukkan optimisme masyarakat terhadap prospek ekonomi secara keseluruhan dalam enam bulan mendatang sedikit menurun. ”Penurunan ini sehubungan dengan ekspektasi adanya kenaikan harga dalam enam bulan ke depan,”jelasnya.
Purbaya mengatakan, hasil survei menunjukkan, konsumen masih merasa khawatir terhadap prospek kenaikan harga barang dalam enam bulan mendatang. Dia menyebutkan, indeks yang mengukur sentimen masyarakat terhadap inflasi justru meningkat sebesar 3% menjadi 189,0. Indeks tersebut merupakan level tertinggi dalam kurun waktu empat bulan terakhir.
Tingkat kepercayaan diri masyarakat terhadap prospek ekonomi secara keseluruhan dalam enam bulan mendatang sedikit menurun.Rencana konsumen untuk membeli barangbarang tahan lama juga menurun pada Desember. Survei tersebut menunjukkan, hanya 35,6% masyarakat yang berencana membeli barang-barang tahan lama dalam enam bulan mendatang, turun dari 40,2% di November.
Sekadar diketahui, sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi selama Desember 2011 mencapai 0,57%. Sepanjang periode Januari hingga Desember 2011, laju inflasi mencapai 3,79% dan year on year juga berada pada level 3,79%. Menanggapi perkembangan inflasi tersebut,Wakil ketua Komisi XI DPR Achsanul Qosasih mengatakan, realisasi inflasi yang jauh di bawah asumsi pemerintah menjadi catatan bagi DPR.
Dia menilai, capaian tersebut menggambarkan upaya efektif yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan Pemerintah. ”Inflasi yang rendah menunjukkan stabilitas ekonomi nasional,” ujar Achsanul. Yang tidak kalah penting, kata dia, Bank Indonesia juga memiliki tugas menjaga indeks stabilitas finansial di bawah level 2%.
Sumber:Berita indonesia
Potensi Rupiah Melemah Masih Kuat
Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksi antarbank di Jakarta,
Kamis pagi, belum bergerak atau stagnan diposisi Rp 9.065 per dollar AS.
"Jelang libur akhir tahun perdagangan pasar uang cenderung kurang agresif. Sebagian pelaku pasar telah mengambil waktu libur, sehingga rupiah pagi belum bergerak nilainya," kata Managing Research Indosurya Asset Management, Reza Priyambada, di Jakarta, Kamis (29/12/2011).
Ia menambahkan, potensi rupiah melemah masih kuat seiring ketidakpastian kondisi kepemimpinan Korea Utara dan diperburuk oleh pelemahan mata uang regional, di antaranya Rupee India.
Di sisi lain, kata dia, laporan Consumer Price Index (CPI) Korea Selatan juga masih memberikan sinyal variatif di mana angkanya masih di atas target bank sentral di level 2-4 persen. "Kondisi itu salah satu katalis faktor volume perdagangan tipis, selain dari sebagian investor yang telah mengambil waktu libur," kata dia.
Ia mengatakan, sebenarnya pelaku pasar masih mengharapkan sentimen positif, apalagi AS mencatat data-data ekonomi yang positif yang keluar di akhir pekan kemarin menjelang libur panjang Natal. "Rupiah terhadap dolar AS diperkirakan cenderung melemah akibat maraknya aksi jual di tengah tipisnya volume perdagangan akhir tahun," kata dia.
Analis pasar uang Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, menambahkan, pasar global yang kembali negatif pada perdagangan tadi malam, kembali khawatir dengan problem utang di Uni Eropa. "Kami perkirakan rupiah juga mendapat sentimen pelemahan dengan kemungkinan bergerak di kisaran Rp 9.075-Rp 9.085 per dollar AS," kata dia.
Meski demikian, kata dia, lelang obligasi Italia yang berhasil meraup dana senilai 8,5 miliar euro atau setara dengan 11 miliar dollar AS mengindikasikan langkah itu cukup berhasil membuat likuiditas di pasar Eropa meningkat dan mengurangi biaya peminjaman, setidaknya untuk yang jangka pendek.
Sumber:Berita
"Jelang libur akhir tahun perdagangan pasar uang cenderung kurang agresif. Sebagian pelaku pasar telah mengambil waktu libur, sehingga rupiah pagi belum bergerak nilainya," kata Managing Research Indosurya Asset Management, Reza Priyambada, di Jakarta, Kamis (29/12/2011).
Ia menambahkan, potensi rupiah melemah masih kuat seiring ketidakpastian kondisi kepemimpinan Korea Utara dan diperburuk oleh pelemahan mata uang regional, di antaranya Rupee India.
Di sisi lain, kata dia, laporan Consumer Price Index (CPI) Korea Selatan juga masih memberikan sinyal variatif di mana angkanya masih di atas target bank sentral di level 2-4 persen. "Kondisi itu salah satu katalis faktor volume perdagangan tipis, selain dari sebagian investor yang telah mengambil waktu libur," kata dia.
Ia mengatakan, sebenarnya pelaku pasar masih mengharapkan sentimen positif, apalagi AS mencatat data-data ekonomi yang positif yang keluar di akhir pekan kemarin menjelang libur panjang Natal. "Rupiah terhadap dolar AS diperkirakan cenderung melemah akibat maraknya aksi jual di tengah tipisnya volume perdagangan akhir tahun," kata dia.
Analis pasar uang Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, menambahkan, pasar global yang kembali negatif pada perdagangan tadi malam, kembali khawatir dengan problem utang di Uni Eropa. "Kami perkirakan rupiah juga mendapat sentimen pelemahan dengan kemungkinan bergerak di kisaran Rp 9.075-Rp 9.085 per dollar AS," kata dia.
Meski demikian, kata dia, lelang obligasi Italia yang berhasil meraup dana senilai 8,5 miliar euro atau setara dengan 11 miliar dollar AS mengindikasikan langkah itu cukup berhasil membuat likuiditas di pasar Eropa meningkat dan mengurangi biaya peminjaman, setidaknya untuk yang jangka pendek.
Sumber:Berita
Pertumbuhan Ekonomi Kurang Sentuh Penduduk Miskin
Pertumbuhan ekonomi dinilai kurang menyentuh penduduk yang
berpenghasilan rendah dan miskin. Buktinya di tengah-tengah pertumbuhan
ekonomi mencapai 6,5%, jumlah penurunan penduduk miskin hanya sebesar
110 ribu orang atau 0,13%.
Hal tersebut diungkapkan peneliti Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wijaya Adi, Selasa (3/1).
"Pertumbuhan ekonomi kurang menyentuh pada penghasilan rendah dan miskin. Pertumbuhan ekonomi tinggi tapi kok pengentasan kemiskinan sedikit. Artinya siapa yang menikmati? Ya yang penghasilan tinggi," ungkapnya.
Karena itu, dia menegaskan, pertumbuhan ekonomi hendaknya harus menyentuh penduduk berpenghasilan rendah dan miskin. Program-program yang dijalankan pemerintah harus dikaitkan dengan penduduk miskin.
Menurut Wijaya, pertumbuhan ekonomi hanya fokus pada sektor yang berisi masyarakat berpendidikan tinggi, seperti telekomunikasi. Pertumbuhan ekonomi tidak berfokus pada sektor yang digeluti masyarakat berpenghasilan rendah, seperti pertanian.
"Sekarang memang mulai dipertanyakan pertumbuhan ekonomi yang didorong sektor mana? Sektor teknologi kan yang memang pendidikannya tinggi, kurang menyentuh yang sektor berpenghasilan rendah, seperti pertanian," tuturnya.
Dalam catatan pemerintah, sektor pengangkutan dan komunikasi menyumbang kontribusi pertumbuhan 1% pada pertumbuhan ekonomi 6,5%. Sementara sektor pertanian hanya menyumbang kontribusi pertumbuhan 0,4%. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan penyumbang kontribusi pertumbuhan dengan 1,6%.
Kemudian Wijaya mempertanyakan ke mana saja anggaran pemerintah yang nilainya puluhan triliun rupiah untuk pengentasan kemiskinan. Padahal dalam hitungannya, dengan syarat setiap orang yang dikatakan tidak miskin berpenghasilan Rp300 ribu per bulan atau Rp3,6 juta per tahun, jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk membuat 110 penduduk tidak lagi menjadi miskin cukup sebesar Rp4 triliun per tahun.
"Sekarang BPS bilang turun hanya 110 ribu yang miskin. Kalau Rp 3,6 juta (per orang per tahun), kita sebenarnya hanya butuh hampir Rp4 triliun. Berarti dana puluhan triliun rupiah itu larinya ke mana saja?" cetusnya.
Wijaya meminta publik harus menyelidiki lagi anggaran pengentasan kemiskinan pemerintah itu lari ke mana saja.
Sumber:http://www.mediaindonesia.com/read/2012/01/03/288929/4/2/-Pertumbuhan-Ekonomi-Kurang-Sentuh-Penduduk-Miskin
Hal tersebut diungkapkan peneliti Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wijaya Adi, Selasa (3/1).
"Pertumbuhan ekonomi kurang menyentuh pada penghasilan rendah dan miskin. Pertumbuhan ekonomi tinggi tapi kok pengentasan kemiskinan sedikit. Artinya siapa yang menikmati? Ya yang penghasilan tinggi," ungkapnya.
Karena itu, dia menegaskan, pertumbuhan ekonomi hendaknya harus menyentuh penduduk berpenghasilan rendah dan miskin. Program-program yang dijalankan pemerintah harus dikaitkan dengan penduduk miskin.
Menurut Wijaya, pertumbuhan ekonomi hanya fokus pada sektor yang berisi masyarakat berpendidikan tinggi, seperti telekomunikasi. Pertumbuhan ekonomi tidak berfokus pada sektor yang digeluti masyarakat berpenghasilan rendah, seperti pertanian.
"Sekarang memang mulai dipertanyakan pertumbuhan ekonomi yang didorong sektor mana? Sektor teknologi kan yang memang pendidikannya tinggi, kurang menyentuh yang sektor berpenghasilan rendah, seperti pertanian," tuturnya.
Dalam catatan pemerintah, sektor pengangkutan dan komunikasi menyumbang kontribusi pertumbuhan 1% pada pertumbuhan ekonomi 6,5%. Sementara sektor pertanian hanya menyumbang kontribusi pertumbuhan 0,4%. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan penyumbang kontribusi pertumbuhan dengan 1,6%.
Kemudian Wijaya mempertanyakan ke mana saja anggaran pemerintah yang nilainya puluhan triliun rupiah untuk pengentasan kemiskinan. Padahal dalam hitungannya, dengan syarat setiap orang yang dikatakan tidak miskin berpenghasilan Rp300 ribu per bulan atau Rp3,6 juta per tahun, jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk membuat 110 penduduk tidak lagi menjadi miskin cukup sebesar Rp4 triliun per tahun.
"Sekarang BPS bilang turun hanya 110 ribu yang miskin. Kalau Rp 3,6 juta (per orang per tahun), kita sebenarnya hanya butuh hampir Rp4 triliun. Berarti dana puluhan triliun rupiah itu larinya ke mana saja?" cetusnya.
Wijaya meminta publik harus menyelidiki lagi anggaran pengentasan kemiskinan pemerintah itu lari ke mana saja.
Sumber:http://www.mediaindonesia.com/read/2012/01/03/288929/4/2/-Pertumbuhan-Ekonomi-Kurang-Sentuh-Penduduk-Miskin
infrastruktur dorong pertumbuhan ekonomi
Keinginan pemerintah memacu pembangunan infrastruktur diyakini
menjadi strategi untuk mendorong ekonomi tumbuh lebih cepat sekaligus
menjaga sistem ekonomi nasional dari ancaman krisis ekonomi dunia.
Guru besar Universitas Indonesia Firmanzah menyatakan, kebutuhan infrastruktur menjadi kebutuhan utama di Indonesia. Kebutuhan sarana dan prasarana diperlukan untuk pelayanan publik, menggerakkan aktivitas ekonomi, dan mendorong peningkatan investasi. Pembangunan infrastruktur tidak hanya terbatas pada infrastruktur fisik saja, tapi juga nonfisik seperti reformasi perizinan, pengembangan sumber daya manusia dan teknologi nasional.
Firmanzah menuturkan, pembangunan infrastruktur sangat berpengaruh pada percepatan pertumbuhan ekonomi. ”Pengaruhnya besar, tanpa infrastruktur, aktivitas ekonomi terhambat.Kalaupun berjalan, tidak akan optimal,” kata Firmanzah tadi malam. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengungkapkan, salah satu persoalan yang kini mendapat perhatian khusus pemerintah adalah ketersediaan sarana dan prasarana.
”Kita akan prioritaskan masalah yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur kita, baik program- program yang masuk rencana kerja pemerintah (RKP) maupun pembangunan infrastruktur oleh BUMN dan swasta yang masuk dalam MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia),” jelas Hatta kemarin. Dari sisi anggaran,tahun ini pemerintah mengalokasikan Rp36,7 triliun khusus untuk pembangunan infrastruktur dalam negeri.
Selain anggaran yang sudah dialokasikan dalam APBN, pemerintah juga mendorong penggunaan saldo anggaran lebih (SAL) untuk peningkatan anggaran infrastruktur. Dalam Rencana Kerja Pemerintah 2012, pemerintah telah menetapkan beberapa proyek infrastruktur yang akan dikerjakan. Di antaranya percepatan pembangunan Waduk Jatigede, Jatibarang, dan Pandan Suri.
Selain itu, pembangunan bendungan gerak di Bojonegoro,pembangunan prasarana pengendalian banjir di DKI Jakarta,Sungai Citarum di Jawa Barat, dan pengamanan pantai di Sulawesi Utara. Untuk infrastruktur jalan, pemerintah akan meningkatkan kualitas jalan nasional sepanjang 36.823 km di Indonesia,
peningkatan kapasitas jalan di lintas timur Sumatera, lintas utara Jawa,lintas selatan Kalimantan, lintas barat NTB, Maluku, dan lintas batas Papua. Kemudian, rencana pembangunan jalan strategis sepanjang 175 km terutama di wilayah perbatasan dan lintas selatan Jawa, pembangunan jalan tol sepanjang 168 km di Sumatera dan trans-Jawa.
Guru besar Universitas Indonesia Firmanzah menyatakan, kebutuhan infrastruktur menjadi kebutuhan utama di Indonesia. Kebutuhan sarana dan prasarana diperlukan untuk pelayanan publik, menggerakkan aktivitas ekonomi, dan mendorong peningkatan investasi. Pembangunan infrastruktur tidak hanya terbatas pada infrastruktur fisik saja, tapi juga nonfisik seperti reformasi perizinan, pengembangan sumber daya manusia dan teknologi nasional.
Firmanzah menuturkan, pembangunan infrastruktur sangat berpengaruh pada percepatan pertumbuhan ekonomi. ”Pengaruhnya besar, tanpa infrastruktur, aktivitas ekonomi terhambat.Kalaupun berjalan, tidak akan optimal,” kata Firmanzah tadi malam. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengungkapkan, salah satu persoalan yang kini mendapat perhatian khusus pemerintah adalah ketersediaan sarana dan prasarana.
”Kita akan prioritaskan masalah yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur kita, baik program- program yang masuk rencana kerja pemerintah (RKP) maupun pembangunan infrastruktur oleh BUMN dan swasta yang masuk dalam MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Indonesia),” jelas Hatta kemarin. Dari sisi anggaran,tahun ini pemerintah mengalokasikan Rp36,7 triliun khusus untuk pembangunan infrastruktur dalam negeri.
Selain anggaran yang sudah dialokasikan dalam APBN, pemerintah juga mendorong penggunaan saldo anggaran lebih (SAL) untuk peningkatan anggaran infrastruktur. Dalam Rencana Kerja Pemerintah 2012, pemerintah telah menetapkan beberapa proyek infrastruktur yang akan dikerjakan. Di antaranya percepatan pembangunan Waduk Jatigede, Jatibarang, dan Pandan Suri.
Selain itu, pembangunan bendungan gerak di Bojonegoro,pembangunan prasarana pengendalian banjir di DKI Jakarta,Sungai Citarum di Jawa Barat, dan pengamanan pantai di Sulawesi Utara. Untuk infrastruktur jalan, pemerintah akan meningkatkan kualitas jalan nasional sepanjang 36.823 km di Indonesia,
peningkatan kapasitas jalan di lintas timur Sumatera, lintas utara Jawa,lintas selatan Kalimantan, lintas barat NTB, Maluku, dan lintas batas Papua. Kemudian, rencana pembangunan jalan strategis sepanjang 175 km terutama di wilayah perbatasan dan lintas selatan Jawa, pembangunan jalan tol sepanjang 168 km di Sumatera dan trans-Jawa.
Ekonomi RI Membaik, Masyarakat Makin Pede
Jakarta -
Kepercayaan konsumen menguat kembali di Desember 2011 didorong
penilaian konsumen yang semakin baik terhadap keadaan ekonomi nasional
saat ini. Indeks kepercayaan konsumen (IKK) naik 0,2% menjadi 91,6.
"Ini adalah level IKK tertinggi dalam 6 bulan terakhir," kata Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa dalam siaran pers, Rabu (4/1/2012).
Ia mengatakan, perkembangan ini menunjukkan proses ekspansi ekonomi RI belum terganggu gejolak perekonomian global. Selama 2011 lalu, CCI telah meningkat secara signifikan.
"Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen terus membaik selama tahun 2011," ujarnya.
Dari kedua komponen utama yang membentuk IKK di Desember, komponen yang menunjukkan keadaan saat ini (Indeks Situasi Sekarang atau ISS), naik 2,5% menjadi 77,6. Kenaikan ini terjadi karena penilaian konsumen terhadap keadaan ekonomi nasional maupun lokal saat ini meningkat.
Sebaliknya, komponen IKK lainnya yang menunjukkan keadaan masa depan (Indeks Ekspektasi atau IE), turun 1,1% menjadi 102,1. Hal ini menunjukkan optimisme masyarakat terhadap prospek ekonomi secara keseluruhan dalam enam bulan mendatang sedikit menurun.
"Penurunan ini sehubungan dengan ekspektasi adanya kenaikan harga dalam 6 bulan ke depan," katanya.
Survei menunjukkan, konsumen masih merasa khawatir terhadap prospek kenaikan harga barang dalam enam bulan mendatang. Indeks yang mengukur sentimen konsumen terhadap inflasi naik sebesar 3% menjadi 189,0 di Desember, yang merupakan level tertinggi dalam 4 bulan terakhir.
"Memang menurut survei terakhir, sekitar 89,9% konsumen di Desember masih merasa khawatir terhadap kenaikan harga barang, naik dari 86,5% pada survei bulan sebelumnya," ucapnya.
Karena optimisme masyarakat terhadap prospek ekonomi secara keseluruhan dalam enam bulan mendatang sedikit menurun, kata Purbaya, rencana konsumen untuk membeli barang-barang tahan lama juga menurun di Desember.
Berdasarkan hasil survei terakhir, sekitar 35,6% konsumen yang disurvei berencana untuk membeli barang-barang tahan lama dalam 6 bulan mendatang, turun dari 40,2% di November.
Walaupun turun, rencana konsumen untuk membeli barang-barang tahan lama masih tetap kuat, karena persentase konsumen yang akan membeli barang-barang tahan lama masih relatif tinggi, tidak terlalu jauh dari level teringginya sejak Januari 2000.
Sementara itu, kepercayaan konsumen terhadap kemampuan pemerintah untuk melaksanakan tugas-tugasnya kembali melemah di Desember. Indeks Kepercayaan Konsumen terhadap Pemerintah (IKKP) turun sebesar 2,21% menjadi 86,0 dari 87,9 di November.
Pada survei terakhir, semua komponen yang membentuk IKKP (komponen yang menunjukkan kemampuan pemerintah dalam menjaga stabilitas harga, mendorong pertumbuhan ekonomi, menyediakan dan menjaga fasilitas umum, dan menegakkan hukum) menurun, kecuali komponen yang menunjukkan kemampuan pemerintah dalam menyediakan lingkungan yang aman dan teratur (indeksnya naik sebesar 1,06% menjadi 100,9 dari 99,8 di November).
(ang/dnl)
Sumber:http://finance.detik.com/read/2012/01/04/100429/1806145/4/ekonomi-ri-membaik-masyarakat-makin-pede?991101mainnews
"Ini adalah level IKK tertinggi dalam 6 bulan terakhir," kata Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa dalam siaran pers, Rabu (4/1/2012).
Ia mengatakan, perkembangan ini menunjukkan proses ekspansi ekonomi RI belum terganggu gejolak perekonomian global. Selama 2011 lalu, CCI telah meningkat secara signifikan.
"Hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan konsumen terus membaik selama tahun 2011," ujarnya.
Dari kedua komponen utama yang membentuk IKK di Desember, komponen yang menunjukkan keadaan saat ini (Indeks Situasi Sekarang atau ISS), naik 2,5% menjadi 77,6. Kenaikan ini terjadi karena penilaian konsumen terhadap keadaan ekonomi nasional maupun lokal saat ini meningkat.
Sebaliknya, komponen IKK lainnya yang menunjukkan keadaan masa depan (Indeks Ekspektasi atau IE), turun 1,1% menjadi 102,1. Hal ini menunjukkan optimisme masyarakat terhadap prospek ekonomi secara keseluruhan dalam enam bulan mendatang sedikit menurun.
"Penurunan ini sehubungan dengan ekspektasi adanya kenaikan harga dalam 6 bulan ke depan," katanya.
Survei menunjukkan, konsumen masih merasa khawatir terhadap prospek kenaikan harga barang dalam enam bulan mendatang. Indeks yang mengukur sentimen konsumen terhadap inflasi naik sebesar 3% menjadi 189,0 di Desember, yang merupakan level tertinggi dalam 4 bulan terakhir.
"Memang menurut survei terakhir, sekitar 89,9% konsumen di Desember masih merasa khawatir terhadap kenaikan harga barang, naik dari 86,5% pada survei bulan sebelumnya," ucapnya.
Karena optimisme masyarakat terhadap prospek ekonomi secara keseluruhan dalam enam bulan mendatang sedikit menurun, kata Purbaya, rencana konsumen untuk membeli barang-barang tahan lama juga menurun di Desember.
Berdasarkan hasil survei terakhir, sekitar 35,6% konsumen yang disurvei berencana untuk membeli barang-barang tahan lama dalam 6 bulan mendatang, turun dari 40,2% di November.
Walaupun turun, rencana konsumen untuk membeli barang-barang tahan lama masih tetap kuat, karena persentase konsumen yang akan membeli barang-barang tahan lama masih relatif tinggi, tidak terlalu jauh dari level teringginya sejak Januari 2000.
Sementara itu, kepercayaan konsumen terhadap kemampuan pemerintah untuk melaksanakan tugas-tugasnya kembali melemah di Desember. Indeks Kepercayaan Konsumen terhadap Pemerintah (IKKP) turun sebesar 2,21% menjadi 86,0 dari 87,9 di November.
Pada survei terakhir, semua komponen yang membentuk IKKP (komponen yang menunjukkan kemampuan pemerintah dalam menjaga stabilitas harga, mendorong pertumbuhan ekonomi, menyediakan dan menjaga fasilitas umum, dan menegakkan hukum) menurun, kecuali komponen yang menunjukkan kemampuan pemerintah dalam menyediakan lingkungan yang aman dan teratur (indeksnya naik sebesar 1,06% menjadi 100,9 dari 99,8 di November).
(ang/dnl)
Sumber:http://finance.detik.com/read/2012/01/04/100429/1806145/4/ekonomi-ri-membaik-masyarakat-makin-pede?991101mainnews
Masa Depan Pertanian Indonesia
Banyak
kalangan pesimis akan masa depan pertanian dan ketahanan pangan di
Indonesia. Dunia pertanian seolah-olah menunggu lonceng kematian karena
gagalnya berbagai kebijakan pembangunan terkait yang tidak berhasil
meningkatkan kesejahteraan petani.
Problematika pembangunan
pertanian memang sangat rumit dan saling berkaitan. Kebijakan yang tidak
tepat akan berakibat sangat fatal dan bisa memperburuk kondisi petani
sehingga akan lebih menderita lagi.
Dengan mempertimbangkan
kekayaan potensi sumber daya baik fisik maupun manusia kita sebenarnya
bisa cukup optimis menuju kebangkitan dan kejayaan pertanian yang
akhirnya akan membawa peningkatan taraf hidup pelaku utamanya yaitu
petani.
Hal yang paling mendasar adalah komitmen dan goodwill
segenap komponen bangsa untuk mengembalikan momentum pembangunan
pertanian sebagai penggerak ekonomi bangsa. Kemauan politik dan
keberpihakan negara dan politisi menjadi salah satu penentu kebangkitan
pertanian.
Dalam konteks pembangunan pertanian umum Indonesia memiliki potensi yang luar biasa. Kelapa sawit, karet, dan coklat kita mulai bergerak menguasai pasar dunia. Namun, dalam konteks produksi pangan memang ada suatu keunikan.
Indonesia adalah produsen beras terbesar ketiga dunia setelah China dan India. Kontribusi Indonesia terhadap produksi beras dunia sebesar 8,5 persen atau 51 juta ton (Rice Almanac, 2002). China dan India sebagai produsen utama beras berkontribusi 54 persen. Vietnam dan Thailand yang secara tradisional merupakan negara eksportir beras hanya berkontribusi 54 dan 3,9 persen.
Rerata produksi beras Indonesia 4,3 ton/hektar. Produktivitas tersebut sudah melampaui India, Thailand, dan Vietnam. Meskipun masih di bawah produktivitas Jepang dan China (rerata di atas 6 ton/hektar).
Lalu, kenapa Indonesia hampir setiap tahun selalu menghadapi persoalan berulang dengan produksi pangan. Utamanya yaitu beras?
Ada beberapa persoalan serius yang perlu dicermati dan dicarikan solusinya. Salah satu sebab utama adalah jumlah penduduk yang sangat besar. Data statistik menunjukkan pada kisaran 230-237 juta jiwa. Makanan pokok semua penduduk adalah beras sehingga sudah jelas kebutuhan beras menjadi luar biasa besar.
Penduduk Indonesia merupakan pemakan beras terbesar di dunia dengan konsumsi 154 kg per orang per tahun. Bandingkan dengan rerata konsumsi di China yang hanya 90 kg, India 74 kg, Thailand 100 kg, dan Philppine 100 kg (IRRI, 1999).
Hal itu juga menunjukkan bahwa program diversifikasi pangan di Indonesia masih jauh dari berhasil. Namun, sepanjang kita masih mengkonsumsi beras dengan jumlah sebanyak itu maka problem pangan masih akan sulit diatasi.
Persoalan yang lain adalah transformasi struktural yang kurang berjalan. Di mana pun di dunia ada pola bahwa peran pertanian dalam perkonomian nasional akan semakin menurun dan ada pergerakan angkatan kerja dari pertanian ke sektor industri dan jasa.
Di Indonesia lahan pertanian semakin dipenuhi oleh angkatan kerja baru karena tidak ada alternatif lain untuk mencari pekerjaan. Tentu hal ini sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan efisiensi produksinya. Dalam tahap tertentu tesis Clifford Geertz tentang agricultural involution nampaknya telah berlaku.
Subscribe to:
Posts (Atom)