Persoalan gas seperti yang diketahui memiliki dampak yang cukup buruk
bagi sektor industri. Selain kenaikan harga gas yang tinggi dilakukan PT
Perusahaan Gas Nasional (PGN), saat ini pasokan pun juga tidak
tersuplai dengan baik.
Salah satunya Pupuk Indonesia Holding
Company yang kerepotan dengan masalah gas industri. Hal ini menjadi
problematika serius, karena berkaitan dengan produksi pupuk.
"Harga
gas, kami harus beli harga gas dengan rata-rata gas dunia, paling
tinggi terakhir kemarin kita beli dengan harga USD8. Selain itu suplai
yang sering terhambat. Sudah harga tinggi, barang juga enggak ada. Ini
problematika pupuk sekarang," ujar Direktur Pemasaran Pupuk Indonesia
Holding Company Bambang Cahyono, dalam paparannya pada acara seminar
'Konsultasi Publik Meningkatkan Ketahanan Ekonomi Nasional dalam
Menghadapi Dinamika Ekonomi Global, di Kemenko Perekonomian, Jakarta,
Kamis (21/6/2012)
Bambang menuturkan, beberapa waktu lalu, salah
satu pabrik pupuk yang terdapat di Aceh berhenti beroperasi. Hal
tersebut dikarenakan tidak adanya gas yang disuplai lagi untuk pabrik
tersebut. "Ada pabrik di Aceh, sampai hari ini tidak berjalan sama
sekali karena gasnya tidak ada," jelasnya.
Kemudian, Bambang
menambahkan, salah satu pabrik yang masih di wilayah Sumatera terpaksa
membeli gas dengan harga hingga USD11. Pembelian harga tinggi itu
terpaksa dilakukan, karena menurutnya jika operasi pabrik berhenti maka
ketersediaan pupuk yang dibutuhkan juga sulit dipenuhi.
Bambang
menegaskan, seperti yang tertuang dalam kebijakan korporasi, pada aspek
produksi PIHC sudah melakukan kerja sama dengan BP Migas dalam hal
suplai gas.
No comments:
Post a Comment