Meraih ilmu bukan hanya secara formal dan bagi kalangan tertentu.
Laki-laki, perempuan, tua, muda, apa pun profesinya, berhak mendapat
tambahan ilmu.
Selasa (6/12/2011), sekitar 250 pedagang kaki lima
yang semuanya perempuan memperoleh ilmu mengelola keuangan. Mereka
sangat antusias karena akan mendapat tambahan ilmu yang bermanfaat untuk
meningkatkan taraf ekonomi.
Linda, anggota sekaligus pengurus
Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI) di DKI Jakarta, mengakui,
ia pernah mendapatkan ilmu pengelolaan keuangan serupa. Kali ini, ia
turut serta sebagai panitia acara.
Linda yang sehari-hari
berjualan ikan di Muara Angke, Jakarta Utara, menuturkan, ia diajarkan
cara memilah-milah uang yang diperoleh dari hasil berdagang. Misalnya,
modal harus dikembalikan lagi dengan utuh. Kemudian, keuntungan juga
harus dibagi-bagi, antara lain untuk tabungan, biaya hidup sehari-hari,
dan dana cadangan. ”Pelatihan semacam ini bagus. Kalau sebelumnya semua
uang tercampur sehingga bisa kepakai lagi. Sejak tahu ilmunya, enggak boleh campur lagi uangnya,” kata Linda.
Khodisah,
pengurus APKLI, menambahkan, sejak memperoleh ilmu mengelola keuangan,
ada rekan perempuannya sesama pedagang kaki lima menjadi lebih galak.
”Galaknya gini, kalau biasanya suami habis dua bungkus rokok dalam
sehari, sekarang sudah bisa minta suami mengurangi rokok. Uangnya bisa
ditabung,” kata Khodisah.
Ilmu itu langsung diterapkan oleh
Linda, Khodisah, dan rekan-rekannya. Kini, ilmu keuangan itu tak hanya
membuat sistem pembukuan para pedagang kaki lima menjadi lebih tertib,
tetapi juga membuat penggunaan dana lebih tepat. ”Ada yang sebelumnya
tidak punya tabungan, kini sudah punya. Bahkan ada yang punya asuransi
dan investasi kecil-kecilan,” kata Khodisah.
Acara itu merupakan pertanggungjawaban sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR)
Asuransi Prudential Indonesia, yang bekerja sama dengan Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia.
Menteri
Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia
Gumelar mengemukakan, dengan kemampuan mengatur keuangan, kewirausahaan
dapat lebih kuat. Khususnya bagi wirausaha perempuan, yang jumlahnya
sekitar 60 persen dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Presiden
Direktur Prudential Indonesia William Kuan menambahkan, perempuan di
Indonesia banyak menjalankan usaha kecil. ”Meski demikian, yang memiliki
akses pengetahuan keuangan baik masih sedikit,” kata Kuan.
Sebenarnya,
langkah pengenalan terhadap lembaga keuangan ini sesuai dengan program
Bank Indonesia (BI), yakni inklusi keuangan. Berdasarkan catatan Bank
Indonesia, sekitar 60 persen dari penduduk Indonesia atau 142 juta jiwa
belum tersentuh lembaga keuangan.
Assistant Vice President
Corporate Communication Prudential Indonesia Widyananto Sutanto
mengakui, sampai kini Prudential belum bekerja sama dengan BI atau
perbankan di Indonesia meskipun memiliki misi yang sama, yakni
mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan kepada
masyarakat.
Sumber:Berita media cetak
No comments:
Post a Comment