Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksi antarbank di Jakarta,
Kamis pagi, belum bergerak atau stagnan diposisi Rp 9.065 per dollar AS.
"Jelang
libur akhir tahun perdagangan pasar uang cenderung kurang agresif.
Sebagian pelaku pasar telah mengambil waktu libur, sehingga rupiah pagi
belum bergerak nilainya," kata Managing Research Indosurya Asset
Management, Reza Priyambada, di Jakarta, Kamis (29/12/2011).
Ia
menambahkan, potensi rupiah melemah masih kuat seiring ketidakpastian
kondisi kepemimpinan Korea Utara dan diperburuk oleh pelemahan mata uang
regional, di antaranya Rupee India.
Di sisi lain, kata dia,
laporan Consumer Price Index (CPI) Korea Selatan juga masih memberikan
sinyal variatif di mana angkanya masih di atas target bank sentral di
level 2-4 persen. "Kondisi itu salah satu katalis faktor volume
perdagangan tipis, selain dari sebagian investor yang telah mengambil
waktu libur," kata dia.
Ia mengatakan, sebenarnya pelaku pasar
masih mengharapkan sentimen positif, apalagi AS mencatat data-data
ekonomi yang positif yang keluar di akhir pekan kemarin menjelang libur
panjang Natal. "Rupiah terhadap dolar AS diperkirakan cenderung melemah
akibat maraknya aksi jual di tengah tipisnya volume perdagangan akhir
tahun," kata dia.
Analis pasar uang Samuel Sekuritas, Lana
Soelistianingsih, menambahkan, pasar global yang kembali negatif pada
perdagangan tadi malam, kembali khawatir dengan problem utang di Uni
Eropa. "Kami perkirakan rupiah juga mendapat sentimen pelemahan dengan
kemungkinan bergerak di kisaran Rp 9.075-Rp 9.085 per dollar AS," kata
dia.
Meski demikian, kata dia, lelang obligasi Italia yang
berhasil meraup dana senilai 8,5 miliar euro atau setara dengan 11
miliar dollar AS mengindikasikan langkah itu cukup berhasil membuat
likuiditas di pasar Eropa meningkat dan mengurangi biaya peminjaman,
setidaknya untuk yang jangka pendek.
Sumber:Berita
No comments:
Post a Comment